Kamis, 17 April 2014

opini- sekuel novel Negeri Para Bedebah VS sekuel film The Raid



      
(Dewi Wulandari)

Bismillahirahmanirahim

izinkan saya memakai kata "saya"
entah ini tulisan jenis apa
pokoknya selamat membaca, haha :D

          Dari jaman purba sampai tahun yang penuh dengan kecanggihan teknologi informasi sekarang, sudah jadi persepsi kalau the real laki kudu bisa berkelahi.  Entah karena kaum lelaki dianugerahi fisik yang emang dasarnya kuat



        Sebagai cewek, saya seneng banget ngeliat lelaki yang jago bela diri, rasanya jantan maksimal. Sehingga novel atau film yang saya baca , lebih betah jika bintang utamanya itu laki dan banyak adegan action-actionnya. Kita merujuk pada novel dan film yang sempat saya baca dan tonton yaitu Negeri para bedebah & negeri di Ujung Tanduk dengan film The raid 2. Kalo saya perhatiin meski the Raid mengisahkan tentang pasukan yang menangkap Bandar narkotik, sedangkan negeri para bedebah dan di ujung tanduk mengisahkan bagaimana seorang lelaki mencari tahu siapa2 saja bedebah-bedebah di negerinya sendiri yg telah menghancurkan keluarga terutama ayah dan ibunya. Namun secara garis besar keduanya sama, mencari nilai keadilan dan kebenaran dalam visi dan misi yg harus dituntaskan, tapi cara penyelesaian masalahnya berbeda. Sekuel novel dan sekuel film ini laris manis, mendapat banyak respon di kalangan masyarakat. Tapi karena menurut saya terdapat hal yang mendasar yang sangat berbeda maka saya buat seperti ini, Sekuel Negeri Para Bedebah&Negeri Di Ujung Tanduk VS Sekuel Film THE RAID 1 &2 . Lets check it, Well, meskipun awalnya saya gak nonton the raid yang pertama tapi setelah saya baca2 sinopsisnya hampir sama lah dengan sekuel buku itu.  Ok , kita langsung aja

    Kedua buku dan kedua film tersebut sama-sama mengisahkan tentang korupsi, konspirasi,bobroknya sistem keamanan di negeri ini. Kenapa saya bilang keamanan, ya karena aparat keamanan ambil peran banyak di dalam kisah intrik, polemik, taktik, de el el. Faktanya kisah yang ada bisa mewakili apa yang terjadi di Negara kita yang tercinta ini yaitu Indonesia. Kita bisa tau kalo ternyata dalam nya konspirasi itu busuk sekali. Hancur.!!!

       Tentunya di setiap kisah  yang carut marut, hadirlah pahlawan sebagai pemberantas segala kejahatan dan penegak segala ketidakadilan. Thomas sebagai pemeran utama di sekuel novel karya Tere Liye tersebut dan Rama sebagai pemeran pemenang di film the Raid. Layaknya seorang pahlawan, Thomas dan Rama adalah lelaki gagah, jago silat, juga bersih dari godaan, selalu berdiri di garis tak berpihak pada yang namanya pengkhianatan. Cakep , pintar dan cool. saya jamin cewek-cewek yang udah baca tu buku dan nonton tu film akan melting dengan sosok Thomas dan Rama.

        Keduanya dihadapi dengan penjahat-penjahat kelas kakap, dimana-mana ada musuh bahkan orang terdekatpun bisa jadi ular yang keliatannya tenang tapi matok juga. nah kalo dikalkulasi, hidup mereka ga pernah tenang, selalu saja dikejar-kejar dimana mereka berada. Karena Thomas dan Rama dibekali ilmu bela diri yang mumpuni, jadi tiap diserang, bisa mengalahkan musuh dengan jurus andalan.

        Selain itu, mereka bukan play boy, mau disodorin cewek seseksi dan secantik apapun tetap gak bergeming. Mereka digambarkan sebagai laki setia. Thomas memang tidak pernah terlalu sibuk memikirkan wanita meski dia jomblo dan Rama sangat sayang terhadap istrinya.

         Bayangkan, sudah cakep, jago silat, pinter , punya segalanya tp masih setia. Bener-bener langka. Ga hanya itu, mereka juga menomorsatukan keluarga. Meskipun babak belur, tetap keluarga harus selamat apapun yang terjadi

         Melihat apa sih yang sebenarnya membuat kisah kedua novel dan film itu menarik yaitu karena banyak adegan actionnya. Gak seperti kisah-kisah lain yang mungkin udah basi. Apalagi ini menguak kebusukan di Negara sendiri. Bisa jadi membongkar aib yang udah tersembunyi meskipun udah ditutupi dengan polesan sebagus apapun itu akan menjadi tema yang selalu menarik untuk dibahas. Setiap orang sangat ingin tau rahasia, ini yang membuat pembaca dan penonton bertanya-tanya apa yang sebenarnya akan terjadi.

          Di awal kisah, baik di novel Negeri Para Bedebah Dan Negeri Di Ujung Tanduk juga Film The Raid 1 Dan 2, kita disuguhkan dengan kejutan-kejutan konspirasi. Susah ditebak. Alur maju mundur yang buat kita semakin buat penasaran dan bertanya kenapa, apa, bagaimana, kapan dan dimana. Jelas semakin seru untuk dibahas.

          Apalagi tiap adegan baku pukul, cara melarikan diri juga cara balas dendam terhadap musuh. saya yakin yang pada baca novel dan nonton film itu teriak teriak histeris. Bisa disimpulkan,keduanya sama-sama seru tapi ada hal yang mendasar yang sangat beda ,adalah SOLUSI nya. Dijelaskan jika kisah keduanya full problem. Jadi solusi jadi pemikat kedua kisah itu.

          Solusi di film The Raid, saya rasa banyak cacatnya karena kebanyakan aksi membunuh secara brutal, membabi buta. Gak ada ampun. Film yang durasi nya lumayan lama, hanya sedikit konten dialognya. Selebihnya adegan jotos-jotosan , berkelahi sepeti hewan. Kita disodorkan oleh cara membunuh yang tidak wajar, dan kejam. saya ga mau nyeritain secara mendetail tapi saya pikir semakin menekankan gimana proses nya malah makin ngeri, lebih tepat itu disebut dengan gimana cara membantai musuh, bukan membela diri. Meski Cuma nonton the Raid 2:berandal, saya rasa sama sekali ga ada pesan yang ngena kalo sejatinya kita hidup adalah jadi petarung atau setidaknya ada pesan yang bikin melting kalo kita harus jadi pembela kebenaran gimanapun situasinya. Sama sekali ga ada. Film ini terlalu sering menunjukan adegan berdarah.

        Sedangkan apa yang saya rasa pas baca sekuel novel Negeri Para Bedebah Dan Negeri Di Ujung Tanduk, sumpah,  saya jadi ngerti kenapa kita harus membela kebenaran, kenapa kita harus bisa menghadapi lawan. menurut saya, cara-cara Thomas menghadapi musuhnya lebih cerdas dibandingkan caranya Rama. Thomas punya kekuatan yaitu banyak akal. Dia ga perlu membunuh untuk melumpuhkan musuhnya. Thomas melawan konspirasi dengan konspirasi tanpa harus ada petumpahan darah yang mengerikan. Jika memang dia dihadapi dengan kondisi untuk melawan dan harus menembak. Dia tidak akan membabi buta, tidak akan membantai musuhnya. Setiap jalan keluar yang ada di novel tersebut selalu penuh dengan kejutan, ada saja taktik jitu lolos dari kejaran musuh

      Rama dan Thomas, keduanya memiliki kepekaan tingkat tinggi. Mereka sangat peka dalam ketenangan memantau gerak-gerik musuh. Tapi emosi Thomas lebih terkendali dibandingkan Rama

        Semuanya tentang konspirasi, meskipun film the raid berlabel untuk Dewasa, tp saya rasa gak perlu ada adegan-adegan yang ngajarin kita buat jadi psikopat. Yang saya takutkan kemaren pas dibioskop tiap ada adegan musuh kalah dan dibantai habis-habisan, penonton malah tepuk tangan. saya takut aja kalo film-film kayak ini dianggap film bagus, nanti bisa saja 10 tahun kedepan ada orang dibantai di depan rumahku dan yang lainnya Cuma ngeliat doang, setelah orang yang dibantai mati, semua pada tepuk tangan.  Bener-bener mengerikan

           saya lahir di Negara yang ngajarin gimana saya jadi anak yang sopan dan santun, ngajarin budi pekerti yang baik. saya malu aja, ga sepakat kalo orang Indonesia ada yang setega dan sekejam di film itu. Emang sih sutradara nya bukan asli Indonesia. Tapi sama aja, settingnya juga di indo, artis-artisan juga orang indo, bukannya film itu bisa mewakili apa yang terjadi dalam kenyataan.

         Kalo emang iya faktanya ada orang2 kejam di Negara ini,  ga harus dibuatkan film semengeri itukan. Lagian bantai membantai itu budaya luar, bukan wataknya orang Indonesia buat membantai. yang saya pikir film kekerasan itu bisa bikin sel otak-otak yang nonton pada rusak semua. Error. Film punya kekuatan di audio dan visual, lewat dua hal itu otak jadi menerima pesan dengan cepat. Apalagi yang nonton kebanyakan anak muda. Ga kebayang kalo film ini ternyata ngajarin mereka nantinya jadi calon-calon pembantai. Ironis

            Gak semua film action bisa seru harus disuguhkan adegan bantai membantai. Novel Negeri Para Bedebah Dan Diujung Tanduk juga bisa menyuguhkan novel rasa box office yang sama sekali ga mengerikan. Malah seru banget. Nunjukin kalo pahlawan itu juga bisa keren dengan akal yang banyak tanpa harus membunuh secara brutal.

           Saya harap temen-temen pada melek, sebenarnya tontonan apa yang kita butuhkan. Semoga Novel Negeri Para Bedebah Dan Negeri Di Ujung Tanduk bisa jadi oase penyegar dahaga buat pecinta action khususnya. Semoga jika suatu saat novel itu difilmkan, akan membawa pesan bahwa orang Indonesia bisa jadi pahlawan tanpa meninggalkan budi pekertinya. Bisa jadi suntikan segar untuk generasi kita selanjutnya. True, I love Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar