Puisi


TAK TERBESITLAH PADA BAITKU
(Amalia Asdar)
Bismillah rajut-rajut asa ku terkunci dalam cuil celaku.
Masa kedua ku kembali di sudut masa ketiga dan pertama.
Akankah sungkur matahari akan bersanding dengan bulan?
Sedang bulan pun tak ada dalam pose kala penjaban penghulu sakaratul. 

Bukankah sepotong sore telah menjadi makan malammu.
Telah dipetikan sebab malam yang telah memakanmu.
Takkanlah syara’ lagi mahkota sang Laila dalam lafaz hijaiyyahku.
Sedang Kibasan suci sajadahku menikar jalan imanku pada hitungan menit detik kala.

Yakinkah kegelapan akhir tak kan menjamah sang putri bermahkota.
Percayakah pada malam-malam yang teraniaya waktu terangnya.
Yang menjadi salah jihad manusianya di kesalahan tersalah.
Sedikit lafaznya menjadi lumuran disecuil jahidnya.

Hari itu akan masa pada harinya waktu yang telah bersua pada hatinya.
Jiwanya menjadi kering sekering sepadang tanpa seembun darah matahari.
Para bayang tanpa bayangpun membayu di angin penuh debunya padang.
Inilah yang menjadi kejaran yang tak terkejar dalam kegelapan akhir bersporain kematian.
Alhamdulillah sisa-sisa lafaz dalam jelmaa nkunci cuil telah mengakhiri.
Read More ->>

0 komentar:

Posting Komentar